Minggu, 06 Mei 2012

Anemia pada Remaja Perempuan





Bagi kaum perempuan, hamil dan melahirkan merupakan bagian dari kehidupan normalnya. Perhatian akan kesehatan terutama kesehatan yang berkaitan dengan proses reproduksi menjadi sangat penting. Dalam hal ini remaja perempuan harus memperhatikan masalah anemia atau sering disebut dengan penyakit kurang darah.

Anemia masih banyak diderita oleh perempuan Indonesia. Pada tahun 1995, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), sekitar 57% anak perempuan (10-14 tahun) dan 39.5% perempuan (15-45 tahun) diketahui menderita anemia.

Keadaan tersebut nampaknya tidak mengalami banyak perubahan apalagi negara kita sedang dalam krisis ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan R.I pada tahun 1998/99 di 2 propinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur yang meliputi 10 Kabupaten menemukan bahwa sekitar 82% remaja putri mengalami anemia (Hb< 12 gr %) dan sekitar 70% calon pengantin wanita juga mengalami hal yang sama. Sampel dalam penelitian tersebut adalah 238 remaja putri dan 180 calon pengantin wanita.

Anemia terjadi karena kurangnya zat besi dan asam folat dalam tubuh. Perempuan yang menderita anemia berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah (kurang dari 2.5 kg). Di samping itu, anemia dapat mengakibatkan kematian baik ibu maupun bayi pada waktu proses persalinan.

Tanda-tanda bila Menderita Anemia

Anemia atau kurang darah tidak sama dengan darah rendah. Secara medis jika kita ingin mengetahui kalau kita menderita anemia adalah dengan melakukan pemeriksaan haemoglobin darah (Hb).

Namun secara sederhana tanda-tanda anemia dapat dilihat dari:
  • mudah lelah,
  • muka pucat,
  • tidak bersemangat,
  • mudah mengantuk,
  • dan mudah pusing.

Perempuan lebih rentan anemia dibanding dengan laki-laki

Kebutuhan zat besi pada perempuan adalah 3 kali lebih besar daripada pada laki-laki. Perempuan setiap bulan mengalami menstruasi yang secara otomatis mengeluarkan darah. Itulah sebabnya perempuan membutuhkan zat besi untuk mengembalikan kondisi tubuhnya kekeadaan semula. Hal tersebut tidak terjadi pada laki-laki.

Demikian pula pada waktu kehamilan, kebutuhan akan zat besi meningkat 3 kali dibanding dengan pada waktu sebelum kehamilan. Ini berkaitan dengan kebutuhan perkembangan janin yang dikandungnya.

Faktor yang menyebabkan tingginya anemia di kalangan perempuan

Beberapa faktor kebiasaan dan sosial budaya turut memperburuk kondisi anemia di kalangan perempuan Indonesia, antara lain :
  • Kurang mengkonsumsi bahan makanan hewani.
  • Kebiasaan diet untuk mengurangi berat badan.
  • Budaya atau kebiasaan di keluarga sering menomor duakan perempuan dalam hal makanan.
  • Pantangan tertentu yang tidak jelas kebenarannya seperti perempuan hamil jangan makan ikan karena bayinya akan bau amis.
  • Kemiskinan yang menyebabkan mereka tidak mampu mengkonsumsi makanan bergizi.

Hal-hal yang perlu dilakukan agar kita terhindar dari anemia

Mengkonsumsi makanan bergizi. Makanan bergizi tidak harus makanan mahal. Mintalah saran pada petugas kesehatan mengenai makanan yang ada di sekitar tempat tinggal kita yang baik untuk dikonsumsi agar kita terhindar dari anemia.

Kita juga dapat mengkonsumsi tablet besi atau di banyak tempat dikenal dengan tablet tambah darah. Perhatikan dosis dan aturan minum yang dianjurkan sehingga tidak berdampak negatif bagi kesehatan kita.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar