BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diare merupakan salah satu masalah
kesehatan utama di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Di Indonesia,
penyakit diare adalah salah satu penyebab kematian utama setelah infeksi
saluran pernafasan.
Angka kematian akibat diare di
Indonesia masih sekitar 7,4%. Sedangkan angka kematian akibat diare persisten
lebih tinggi yaitu 45% (Solaiman, EJ, 2001). Sementara itu, pada survey
morbiditas yang dilakukan oleh Depkes tahun 2001, menemukan angka kejadian
diare di Indonesia adalah berkisar 200-374 per 1000 penduduk. Sedangkan menurut
SKRT 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100.000 penduduk dan angka
kematian akibat diare pada balita 75 per 100.000 balita. Insiden penyakit diare
yang berkisar antara 200-374 dalam 1000 penduduk, dimana 60-70% diantaranya
anak-anak usia dibawah 5 tahun.
Penyakit diare ini adalah penyakit
yang multifaktoral, dimana dapat muncul akibat tingkat pendidikan dan social
ekonomi yang kurang serta akibat kebiasaan atau budaya masyarakat yang salah.
Oleh karena itu keberhasilan menurunkan diare sangat bergantung dari sikap
setiap anggota masyarakat, terutama membudayakan penggunaan larutan oralit dan
cairan rumah tangga pada anak yang menderita diare.Saat ini sedang digalakan
dan dikembangkan pada masyarakat luas untuk menanggulangi diare dengan upaya
rehidrasi oral (oralit) dan ternyata dapat menurunkan angka kematian dan
kesakitan akibat diare.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi diare
2. Untuk mengetahui penyebab diare
3. Untuk mengetahui klasifikasi diare
4. Untuk mengetahui manifestasi diare
5. Untuk mengetahui patofisiologi diare
6. Untuk mengetahui komplikasi diare
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan diare
8. Untuk mengetahui pencegahan diare
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada
pasien diare
BAB
II
ISI
A. DEFINISI
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3
kali sehari, kadang-kadang disertai dengan darah atau lendir.
(Anik Maryunani.2010)
Diare adalah pengeluaran tinja yang
tidak normal dan cair. Buang air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang
cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Bag. Ilmu Kesehatan Anak
FKUI/RSCM)
(Weni Kristiyanasari. 2009)
Diare merupakan suatu keadaan
pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang
terjadi berupa perubahan peningkatan volume, keenceran, dan frekuensi dengan
atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3 kali/hari dan pada neonates lebih
dari 4 kali/hari.
(Aziz Alimul Hidayat.2004)
B. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral, merupakan infeksi
saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Rotavirus
merupakan penyebab utama infeksi (70%-80%), sedangkan bakteri dan parasit
ditemukan 10%-20% pada anak.
Berikut ini
nama-nama bakteri, virus dan parasit penyebab diare :
· Golongan bakteri :
Ø Aeromonas hidrophilia
Ø Bacillus cereus
Ø Campylobacter jejuni
Ø Clostridium diffcile
Ø Clostridium perfringens
Ø Escherichia coli dll.
·
Golongan
virus
Ø Adenovirus
Ø Rotavirus
Ø Virus Norwalk
Ø Astrovirus dll.
·
Golongan
parasit
Ø Balantidium coli
Ø Capillaria philippinensis
Ø Cryptosporidium
Ø Entamoeba histolytica
Ø Giardia lamblia dll.
b) Infeksi parenteral, merupakan infeksi
diluar saluran pencernaan makanan, seperti otitis media akut (OMA),
bronkopneumonia, tonsillitis, ensefalitis, keadaan ini terutama pada bayi dan
anak berusia dibawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
Seperti
gangguan absorbs karbohidrat (pada bayi dan anak yang tersering adalah
intoleransi laktosa), malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan
Seperti
alergi makanan, makanan basi, beracun.
4. Faktor Psikologis
Seperti
rasa takut dan cemas.
C. KLASIFIKASI
a.
Diare
akut
Merupakan
penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita. Diare akut didefinisikan
sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering
disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus GI. Keadaan ini dapat menginfeksi
saluran nafas atas (ISPA) atau saluran kemih (ISK), terapi antibiotic atau
pemberian obat pencahar (laktasif). Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya
kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi
tidak terjadi.
b.
Diare
Infeksius Akut (gastroenteritis infeksiosa)
Dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan
parasit yang pathogen.
c. Diare kronik
Didefinisikan sebagai keadaan menigkatnya frekuensi defekasi dan
kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari.
Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom
malabsorpsi, penyakit infeksi usus, difisiensi kekebalan, alergi makanan,
intoleransi laktosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat
dari pelatalaksanaan diare akut yan tidak memadai.
d. Diare yang membandel (intraktabel) pada bayi
Merupakan sindrom yang terajadi
pada bayi dalam usia beberapa minggu pertama serta berlangsung lebih lama dari
2 minggu tanpa ditemukannya mikroorganisme pathogen sebagai penyebabnya dan
bersifat resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebabnya yang paling
sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara memadai.
e. Diare kronik nonspesifik
Diare kronik nonspesifik
yang juga dikenal dengan istilah kolon intable pada anak atau diare toddler,
merupakan peyebab diare kronik yang sering dijumpai pada anak-anak yang berusia
6 hingga 54 minggu. Anak-anak ini memperlihatkan feses yang lembek yang sering
disertai partikel makanan yang tidak tercerna, dan lamanya diare lebih dari dua
minggu. Anak-anak yang mederita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara
normal dan pada anak-anak ini tidak terjadi gejala malnutrisi. Tidak ada darah
pada fesesnya serin tidak tampak infeksi enterik (Huffman, 1999). Kesalahan
makanan dan sensitivitas terhadap makanan pernah dikaitkan dengan diare kronis,
khususnya konsumsi jus dan pemanis buatan yang banyak dijumpai pada produk
makan dan minuman kemasan mungkin menjadi factor pemicunya.
D. MANIFESTASI
Gambaran klinis penyakit diare sesuai
dengan derajat dehidrasinya.
Derajat
dehidrasi menurut WHO, adalah sebagai berikut :
Kategori
|
Tanpa
Dehidrasi
|
Dehidrasi
Ringan-Sedang
|
Dehidrasi
berat
|
1.
Menyatakan:
ü Diare
ü Muntah
ü Haus
ü Buang air kecil
|
ü <4 x sehari
ü Tidak ada/sedikit
ü Tidak ada
ü normal
|
ü 4-10x sehari
ü Ada hanya beberapa kali
ü Sedikit, warna kuning tua
|
ü >10x sehari
ü Sering
ü Banyak atau tidak minum
ü Anuria selama 6 jam
|
2.
Melihat
ü Keadaan umum
ü Air mata
ü Mata
ü Bibir dan lidah
ü nafas
|
ü Baik
ü Ada
ü Normal
ü Ada
ü Normal
|
ü Lemah,gelisah
ü Tidak ada
ü Cekung
ü Kering
ü cepat
|
ü tidak lunglai, sadar
ü tidak ada
ü sangat cekung
ü sangat kering
ü sangat cepat atau kussmaul
|
3.
Palpasi
ü kulit
ü nadi
ü ubun-ubun
|
ü Kekenyalan normal
ü Normal, <120/menit
ü Normal
|
ü Kekenyalan kurang
ü Cepat 120-140/menit
ü Cekung
|
ü Kekenyalan sangat kurang
ü Sangat cepat, lemah/tidak teraba
>140/menit
ü Sangat cekung
|
4.Menimbang berat badan
|
Tetap
|
Turun
25-100gr/kgBB
|
Turun
>100gr/kgBB
|
5.taksiran
kehilangan cairan
|
Tidak
ada
|
40-90ml/kgBB
|
100-110ml/kgBB
|
E. PATOFISIOLOGI
Bakteri masuk kedalam saluran cerna
melalui makanan atau minuman, kemudian berkembang biak didalam saluran cerna
dan mengeluarkan toksin.
Toksin merangsang epitel usus dan
menyebabkan peningkatan enzim yang mempunyai kemampuan merangsang sekresi
klorida, natrium dan air dari dalam sel kelumen usus serta menghambat absorbsi
natrium, klorida dan air dari lumen usus kedalam sel. Hal ini akan menyebabkan
peningkatan tekanan osmotic didalam lumen usus. Akibatnya terjadi
hiperperistaltik usus yang sifatnya mengeluarkan cairan yang berlebihan dalam
lumen usus, sehingga cairan dialirkan
dari lumen usus halus ke lumen usus besar. Bila kemampuan penyerapan kolon
(usus besar) berkurang atau sekresi cairan melebihi kapasitas penyerapan kolon,
maka akan terjadi diare.
Dari patofisiologi diatas, maka pada
prinsipnya terdapat mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare yaitu :
Ø Gangguan sekretorik/sekresi, akibat
rangsangan toksin/rangsangan tertentu pada dinding usus akan terjadi
peningkatan-peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ø Gangguan osmotic, akibat terdapatnya
makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan osmotic dalam rongga
usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga
usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkanya
sehingga timbul diare.
Ø Gangguan mobilitas usus,
hiperperistaltik akan mengekibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya, bila peristaltic usus menurun, akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare.
F. PATHWAYS
Kekurangan
volume cairan
G. KOMPLIKASI
1.
Dehidrasi
Ringan (≤ 5% BB)
Sedang (5 – 10%
BB)
Berat (≥10 – 15%
BB)
2.
Renjatan hipovolemik (volume darah menurun, bila 15 – 25% BB akan menyebabkan TD menurun).
3.
Syok Hipovolemik
4.
Hipoglikemia
5.
Kejang
6.
Malnutrisi
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis
Dasar pengobatan diare adalah :
1. Pemberian cairan: jenis caran, cara
memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
2. Dietetik (cara pemberian makanan)
3. Obat-obatan
Tujan pengobatan
·
Mencegah
dehidrasi
·
Mengatasi
dehidrasi yang telah ada
·
Mencegah
kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan setelah diare
·
Mengurangi
lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare, dengan memberikan suplemen
Zinc.
Berikut ini dikemukakan tentang beberapa manfaat
dari zinc dan penelitian yang berkaitan dengan pemberian suplemen zinc :
Zinc
merupakan komponen > 300 enzim dan dibutuhkan untuk sintesis DNA, pembelahan
sel dan sistesis protein. Gejala dan defisiensi zinc (seng) tidak jelas,
terutama pada yang ringan. Prevalensi defisiensi zinc di Indonesia cukup
tinggi, berkisar antara 44-60%. Angka kejadian diare 47% lebih tinggi pada anak
dengan defisiensi zinc. Penelitian membuktikan bahwa suplemen zinc dapat
menurunkan angka kejadian diare akut dan persisten. Penelitian suplementasi
zinc di Negara berkembang (India, Meksiko, Papua nugini, Peru, Vietnam,
Guatemala, Bangladesh, Pakistan, Jamaica) memperlihatkan menurunnya secara
bermakna angka kejadian diare akut, diare persisten dan pneumonia. Sejak tahun
2004, WHO dan UNICEF setelah mempelajari berbagai penelitian di seluruh dunia,
menganjurkan pemberian zinc pada anak dengan diare 20 mg per hari selama 10-14
hari. Pada anak < 6 bulan 10 mg per
hari selama 10-14 hari
Cara memberikan cairan dalam terapi
rehidrasi
a.
Belum
ada dehidrasi
Per
oral sebanyak anak mau minum (ad libitum)atau 1 gelas tiap defekasi.
b.
Dehidrasi
ringan
1 jam pertama:
50-100 ml/kg BB per oral (intra gastric)
Selanjutnya: 125
ml/kg BB/hari ad libitum
c.
Dehidrasi
sedang
1
jam pertama: 50-100 ml/kg BB per oral/intragastrik (sonde)
Selanjutnya:
125 ml/kg BB/hari ad libitum
d.
Dehidrasi
berat
Ø Untuk anak usia 1 bulan-2 tahun berat
badan 3-10 kg
1
jam pertama: 40 ml/kg BB/jam=10 tetes /kg BB/menit (set infuse berukuran 1
ml=15 tetes) atau 13 tetes/kg BB/menit (set infuse 1ml=20 tetes)
7
jam berikutnya: 12 ml/kg BB/jam=3 tetes/kg BB/menit (set infuse 1 ml=15 tetes)
atau4 tetes/kg BB/menit (set infuse 1 ml=20 tetes)
16
jam berikutnya: 125 ml/kg BB oralit per oral atau integastrik. Bila anak tidak
mau minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kg BB/menit (set infuse 1ml=15
tetes)
Ø Untuk anak usia 2-5 tahun dengan berat
badan 10-15 kg
1 jam pertama:
30 ml/kg BB/jam atau 8 tetes/kg BB/menit (1ml=15 tetes)
7 jam berikutnya: 10 ml/kg BB/jam
atau 3 tetes/kg BB/menit (1ml=15 tetes) atau 4 tetes/kg BB/menit (1ml=20 tetes)
16 jam berikutnya: 125 ml/kg BB
oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan
dengan DG aa intravena 2 tetes/kg BB/menit (1 ml=15 tetes).
Ø Untuk anak lebih 5-10 tahun dengan BB
15-25 kg
1 jam pertama: 20 ml/kg BB/jam atau
5 tetes/kg BB/menit (1 ml=15 tetes) atau 7 tetes/kg BB/menit (1ml=20 tetes)
7 jam berikut: 10 ml/kg BB/jam atau 2½ tetes/kg
BB/menit (1 ml=15 tetes) atau 3 tetes/kg BB/menit (1 ml=20 tetes)
16 jam berikutnya: 105 ml/kg oralit
per oral atau bila anak tidak mau minum dapat diberikan DG aa intravena 1
tetes/kg BB/menit (1 ml=15 tetes) atau 1½ tetes/kg BB/menit (set 1 ml=20
tetes).
Ø Untuk bayi baru lahir (neonates) dengan
berat badan 2-3 kg
Kebutuhan
cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml= 250 ml/kg BB/24 jam.
Jenis cairan:
cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO₃
1½%).
Kecepatan:
4 jam pertama: 25 ml/kg BB/jam atau
6 tetes/kg BB/menit (1 ml=15 tetes) 8 tetes/kg BB/menit (1 ml=20 tetes).
20 jam berikutnya: 150 ml/kg BB/20
jam atau 2 tetes/kg BB/menit (1 ml=15 tetes ) atau 2½ tetes/kg BB/menit (1
ml=20 tetes).
Ø Untuk bayi berat badan lahir rendah,
dengan berat badan kurang dari 2 kg
Kebutuhan
cairan:
250 ml/kg BB/24
jam.
Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4
bagian glukosa 10 %+1 bagian NaHCO₃ 1½
Kecepatan
cairan:
Sama dengan pada
bayi baru lahir.
Cairan untuk pasien MEP sedang dan
berat dan berat dengan diare dehidrasi
berat misalnya untuk anak umur 1
bulan-2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.
Jenis cairan: DG
aa.
Jumlah cairan:
250 ml/kg BB/24 jam
Kecepatan:
4 jam pertama: 60 ml/kg BB/jam atau
15 ml/kg BB/jam atau=4 tetes/kg BB/menit (1 ml=15 tetes) atau 5 tetes/kg
BB/menit (1 ml=20 tetes)
20 jam berikutnya: 190 ml/kg BB/20
jam atau 10 ml/kg BB/jam atau 2½ tetes/kg BB/menit (1 ml=15 tetes) atau 3
tetes/kg BB/menit (1 ml=20tetes).
I. PENCEGAHAN
1) Pencegahan
Meredam pendarahan bahaya diare
sesungguhnya dapat dilakukan oleh segenap lapisan masyarakat. Kasus kematian
bayi akibat terserang diare dapat dikurangi dengan cara pemberian ASI pada bayi
dapat mencegah diare. ASI terjamin kebersihanya dan cocok untuk bayi. Selain
itu ,ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat menolak pengaruh bibit
penyakit yang masuk kedalam tubuh bayi.
Secara umum diare dapat dicegah
penularanya dengan cara meningkatkan higienis perorangan dan lingkungan .
membiasakan hidup sehat sehari-hari dalam lingkungan yang juga terjaga
kebersihanya. Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bersih,
buang hajat di tempat yang tidak dijangkau lalat, dan mengkonsumsi makanan
bergizi yang higienis ,tentu akan dapat mengusir jauh diare perenggut banyak bayi
itu.
Diare juga dapat dijegah dengan cara
meningkatkan daya tahan tubuh melalui peningkatan gizi. Selain itu, pemberian
imunisasi campak, kolera, dan typoid merupakan langkah yang dapat ikut mencegah
diare. Bagi bayi, pemberian makanan pendamping air susu ibu yang bersih dan
bergizi setelah bayi berumur 4 bulan, juga merupakan langkah yang perlu
dilakukan untuk meningkatkan kekebalan.
2) Upaya penanggulangan
Hal
perama yang harus diperhatikan dalam penanggulangan diare adalah masalah
kehilangan cairan tubuh yang berlebihan (dehidrasi). Dehidrasi ini bila tidak
segera diatasi, dapat membawa bahaya ,terutama bagi anak-anak dan balita. Bagi
penderita diare ringan ,dapat diberikan oralit. Tetapi bila dehidrasi sudah
sedemikian beratnya, maka perlu dibantu dengan cairan intravena atau infuse.
Angka kematian akibat dire dapat diturunkan dengan pertolongan memberikan
oralit sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang.
Minuman
yang terbaik diberikan kepada penderita ialah larutan garam gula atau oralit.
Cara pemberian yang dianjurkan ialah dengan meminumkan segera larutan oralit
sampai penderita tidak merasa haus lagi .untuk anak balita biasanya diperlukan
sekitar 3 bungkus oralit 200 cc dalam tiga jam pertama. Bila dirumah tidak
tersedia oralit ,kepada penderita yang baru mulai diare, dapat diberikan cairan
yang ada seperti air tajin, air buah ,air sayuran air kelapa atau air yang
dicampur gula dan aram. Cairan-cairan ini untuk sementara akan dapat mengatas
kekurangan cairan elektrolit yang terbuang Bersama diare.
J. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Ø Anamnesa
Kepada
penderita atau keluarganya perlu ditanyakan mengenai riwayat perjalanan
penyakit, antara lain :
· Lamanya sakit / diare / sudah berapa
jam, hari.
· Frekuensinya (berapa kali sehari)
· Banyaknya / volumenya (berapa banyak
setiap kali BAB, misalnya berapa ml /
popok penuh)
· Warnanya (biasa, kuning, berlendir,
berdarah, seperti air cucian berah)
· Baunya (amis, busuk)
· Buang air kecil (banyaknya, warnanya,
kapan terakhir buang air kecil)
· Ada tidaknya batuk, panas, pilek dan
kejang (sebelum, selama, atau setelah diare)
· Jenis, bentuk dan banyaknya makanan dan
minuman sebelum dan sesudah sakit.
· Adakah penderita diare disekitar rumah
· Berat badan sebelum sakit (bila diketahui)
Ø Pemeriksaan fisik
·
Inspeksi
·
Palpasi
·
Perkusi
·
Auskultasi
Ø Pemeriksaan laboratorium
· Pemeriksaan tinja
· Pemeriksaan darah
· Pemeriksaan urine
b. Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan yang
berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan dari traktus GI kedalam
feses atau muntahan.
2) Perubahan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan kehilangan cairan akibat diare dan
asupan cairan yang tidak adekuat.
3) Kerusakan integritas kulit yan
berhubungan dengan iritasi karena defekasi yang sering dan feses yang cair.
4) Hipertermi berhubungan dengan proses
inflamasi
c. Intervensi
Diagnosa 1
: Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan yang
berlebihan dari traktus GI kedalam feses atau muntahan.
Tujuan :
pasien melihatkan tanda rehidrasi dan mempertahankan
hidrasi yang adekuat.
Hasil Yang Diharapkan :
Anak memperlihatkan tanda hidrasi
yang adekuat.
Intervensi Keperawatan/rasional :
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Berikan
larutan oralit untuk rehidrasi maupun pergantian cairan yang hilang lewat
feses.
|
Berikan
oralit sedikit demi sedikit tetapi sering khususnya jika anak muntah bukan
merupakan kontra indikasi pemberian oralit kecuali pada muntah yang hebat.
|
Berikan
dan pantau pemberian infuse sesuai program.
|
Untuk
mengatasi dehidrasi dan vomitus yang hebat.
|
Berikan
preparat antimikroba sesuai program.
|
Untuk
mengatasi mikroorganisme pathogen spesifik yang menyebabkan kehilanan cairan
berlebihan lewat traktus GI.
|
Beriakan
oralit secara bergantian dengan cairan rendah natrium seperti air ASI atau
susu formula.
|
Untuk
terapi cairan rumatan.
|
Pertahankan
catatan asupan dan haluaran cairan (urine, feses dan muntahan) secara ketat.
|
Untuk
mengevaluasi keefektifan intervensi.
|
Pantau
berat jenis urine setiap 8 jam sekali atau sesuai indikasi.
|
Untuk
menilai status hidrasi.
|
Diagnosa 2
: Perubahan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan kehilangan cairan
akibat diare dan asupan cairan yang tidak adekuat.
Tujuan :
Pasien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat untuk
mempertahankan yang tepat menurut usianya.
Hasil Yang Diharapkan :
Anak mendapatkan nutrien sesuai program dan
memperlihatkan peningkatan berat badan yang memuaskan.
Intervensi
Keperawatan/rasional :
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Hindari
diet (pisang, nasi, apel dan roti kering atau teh)
|
karena
diet ini memiliki kandungan energi dan protein yang rendah, kandunan hidrat
aran yang terlalu tinggi serta kadar elektrolit yan rendah.
|
Amati
dan catat respons anak terhadap pemberian makanan
|
untuk
menilai toleransi anak terhadap makanan/susu formula yang diberikan.
|
Diagnosa 3:
kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan iritasi karena defekasi yang
sering dan feses yang cair.
Tujuan :
Kulit pasien tetap utuh.
Hasil Yang Diharapkan :
Anak tidak melihatkan rupture kulit.
Intervensi Keperawatan/rasional :
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Ganti
popok dengan sering
|
Menjaga
agar kulit selalu bersih dan kering.
|
Oleskan
salep (zink)
|
Melindungi
kulit terhadap iritasi.
|
Hindari
membersihkan dengan tissue yang mengandung alcohol (tissue basah)
|
Penggunaan
tissue akan menimbulkan rasa perih.
|
Oleskan
preparat antifungus
|
Untuk
mengobati infeksi jamur.
|
Diagnosa
4 : Hipertermi
berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
Kriteria hasil :
suhu tubuh dalam batas normal (36-37°C)
Intervensi
Keperawatan/Rasional :
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Monitor
suhu tubuh
|
Deteksi
dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh
|
Berikan
kompres hangat
|
Merangsang
pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh.
|
Kolaborasi
:
Pemberian
antipiretik
|
merangsang
pusat pengatur panas di otak.
|
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Diare adalah pengeluaran
tinja yang tidak normal dan cair. Perubahan
yang terjadi berupa perubahan peningkatan volume, keenceran, dan frekuensi
dengan atau tanpa lendir darah, berlangsung
3 kali sehari/lebih, sedang pada neonatus lebih dari 4 kali sehari. Disebabkan
oleh beberapa faktor sbb :
1.
Faktor
infeksi
2.
Faktor
malabsorbsi
3.
Faktor
makanan
4.
Faktor Psikologis
Diare dapat diklasifikasikan menjadi
Diare akut, Diare
Infeksius Akut (gastroenteritis infeksiosa), Diare
kronik, Diare yang membandel (intraktabel) pada bayi, Diare kronik nonspesifik.
Hal yang perlu dikaji
untuk menentukan tindakan keperawatan pada diare :
·
Lamanya
sakit / diare / sudah berapa jam, hari.
·
Frekuensinya
(berapa kali sehari)
·
Banyaknya
/ volumenya (berapa banyak setiap kali BAB, misalnya berapa ml / popok
penuh)
·
Warnanya
(biasa, kuning, berlendir, berdarah, seperti air cucian berah)
·
Baunya
(amis, busuk)
·
Buang
air kecil (banyaknya, warnanya, kapan terakhir buang air kecil)
·
Ada
tidaknya batuk, panas, pilek dan kejang (sebelum, selama, atau setelah diare)
·
Jenis,
bentuk dan banyaknya makanan dan minuman sebelum dan sesudah sakit.
·
Adakah
penderita diare disekitar rumah
·
Berat
badan sebelum sakit (bila diketahui)
DAFTAR
PUSTAKA
-
Wong,
Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
-
Maryunani,
Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan.jakarta: TIM
-
Hidayat
, Aziz Alimul,2007.Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Salemba mendika
-
dr.
Arief ZR, dkk.2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha
Medika
-
Ngastiyah.
2003. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar